Menarik mencermati krisis Malaysia-Indonesia tentang Pulau Ambalat. Kedua negara sudah menyiapkan pasukannya di sekitar pulau. Walau pun kedua negara bersepakat untuk menyelesaikan krisis dengan cara diplomatis dan menyerukan agar semua pihak
cool down, tetapi perang antara kedua negara sudah terjadi di dunia maya.
Menarik mengikuti perang maya antara kedua negara di situs berita
www.detik.com. Yang menarik bukan aksi
deface-nya, tetapi isi dari halaman yg digunakan untuk men-
deface. Isi pesannya dari pernyataan patriotik dari setiap pihak, sampai klaim
Siti Nurhaliza yg sebenarnya tidak terkait masalah Ambalat sama sekali. Asyik juga melihat daftar situs korban yg berhasil di-deface hasil
prestasi para hacker/cracker (baca: pejuang maya). Sedangkan detik menyebut mereka sebagai
"Dedemit Maya".
Perang di dunia maya ini juga pernah terjadi antara Indonesia dgn Australia saat krisis Timor Leste. Saat itu backbone internet di Indonesia menjadi overload. Juga banyak situs kedua pihak yg di-deface, padahal kebanyakan situs yg di-deface adalah situs komersial perusahaan. Kalau krisis Malaysia-Indonesia kali ini justru yang banyak di-deface situs-situs pemerintah dan bank. Tepat sasaran?
Mungkin saya dapat usulkan agar para pejuang maya tersebut bertemu di game online seperti
Ragnarok atau dengan game strategi lain seperti
WarCraft,
Age of Empires, dll. Dan perang ini di-
launch secara besar-besaran dan dianggap sebagai perang maya yg resmi. Selain perang menentukan kedaulatan negara, juga sebagai ajang bisnis. Bayangkan saja pasti banyak iklan/sponsor yg mau mendanai. Belum liputannya yg bisa berskala internasional. Wah... pasti perhatian dunia bisa mengarah ke negara kita. Syukur-syukur bisa menaikkan promosi pariwisata juga. Alhasil sektor pariwisata bakal bisa menaikkan devisa negara. Dan kalau menang, kita bisa buka kursus strategi game.
Mengail di air keruh? Ah bukan! Sekedar memandang dari sudut yg berbeda.