Tuesday, April 08, 2008

Menelan Ludah Blokir Youtube

Saya memang rada kuper (kurang pergaulan) karena kurang mengikuti perkembangan berita yang terjadi di Indonesia. Sering kali memang karena saya sengaja tidak mengikuti perkembangan, terutama jika menyangkut kebijakan yang tidak produktif.

Kali ini saya baru menyadari bahwa pemblokiran situs Youtube.com tak lain dan tak bukan karena kasus filem Fitna. Pemerintah Indonesia (dan masyarakat Islam) ternyata sangat gerah dengan filem ini. Entah filem ini benar atau tidak, fitnah atau bukan, yang jelas sudah terjadi opini publik yang ramai di dunia blogosphere. Dan pemerintah menganggap bahwa peredaran filem Fitna ini harus dihentikan. Paling tidak untuk masyarakat Indonesia.

Merasa upaya diplomasi untuk meredam peredaran filem Fitna gagal, Menkominfo diminta lebih tegas dalam mengultimatum Youtube. Dengan bertindak lebih serius, beliau memerintahkan para ISP (internet service provider) untuk memblokir Youtube. Mengenai hal ini tentu membuat masyarakat telematika Indonesia berteriak. Untuk itu pun Menkominfo menyempatkan diri melakukan diskusi dengan para blogger. Tujuannya adalah untuk mendapatkan masukkan mengenai pemblokiran peredaran filem Fitna ke Indonesia. Tapi ternyata upaya diskusi ini malah tidak sesuai dengan harapan dan malah melebar ke kepentingan para blogger.

Menurut pengamatan saya, cepat atau lambat pemerintah pasti akan membuka kembali keran Youtube.com. Entah itu desakan dari dalam negeri mau pun luar negeri. Cara diplomasi yang sudah dilakukan dan gagal itu memang kenyataan pahit. Dan karena memang melawan arus kebijakan global, wajar saja jika gagal.

Dan jika keran itu terpaksa dibuka kembali, maka itu ibarat menelan ludah sendiri. Pemerintah sudah malu ketika gagal melakukan diplomasi. Kelak akan lebih malu lagi ketika harus menjilat ludah pahitnya sendiri.
~~~
Terkait:
- "Blokir Fitna Jadi Masalah, Nuh Diminta Pertegas Ultimatum" (Detikinet)
- "Catatan Diskusi Menkominfo dengan Blogger Indonesia" (Detikinet)
- "UU ITE, Fitna, YouTube, dan lain-lain" (Budi Rahardjo), ada beberapa link terkait di artikel ini

No comments: