Monday, October 31, 2005

Hari Kerja Pertama MX-ku

Senin (31/10/05) pagi aku berangkat ke KIA Garuda dengan MX baruku. Sepanjang perjalanan JAIM banget. Nggak ngebut sih. Cuma belagak cuek. Habis banyak yg ngeliat dengan penuh selidik. Ada juga motor yg ngejar terus mbarengin. Terus aja aku jaim. Pokoknya nafsu ngebut ditahan. Maximal 60 km/jam. Maklum, masih in-reyen.

Sampai KIA Garuda pamer ke Sisca. Sorenya dilanjut ke Sindoro, acaranya bahas & buat tesis dengan Mbak Lina. Tidak lupa nyempatin pamer ke Mbak Lina. Kebetulan doi senang warna silver, seleranya serasi dengan MX-ku. Sayang acara bahas tesis berlangsung panas dan deadlock. Yang seharusnya ada hasil malah macet. Akhirnya kami pulang dengan hasil yg minim.

Saat pulang sempet panas dgn motor-motor lain yg pada ngebut. Udah gitu sengaja manas-manasin MX-ku. Yg jelas akhirnya MX sempat kupacu sampai 80 km/jam. Untung tersadar sehingga tdk mbejek gas lebih dalam lagi.

Sunday, October 30, 2005

Perjalanan Pertama MX di Hari Minggu

Minggu pagi (30/10/05) yang cerah. Aku beli mur-baut untuk plat MX-ku, masih ditemani Kaze. Habis itu dengan semangat memasang plat. Kebetulan Herman sdh bangun, jadi kusuruh cuci Kaze di tempat pencucian motor di depan gang. Biar Kaze bersih sebelum dikandangkan.

Habis acara pasang-memasang plat selesai, aku keliling Bekasi sambil ambil uang di Mandiri untuk gaji+THR Herman. Acara dilanjut mencari helm. Sayangnya helm merek XXX full-face yg bisa diangkat rahangnya hanya tersedia ukuran M. Tidak ada yg ukuran L atau XL. Alhasil kepala tdk bisa masuk. Jangan-jangan kepalaku kebesaran ya? Makanya jangan suka memuji aku, soalnya kepalaku sudah besar.

Sorenya ke Gereja St. Mikael Kranji. Tentu doanya kushuk dong... Waktu pulang dipanggil sekelompok orang: "Em-ex... em-ex..." Tapi aku cuek aja. Habis namaku kan bukan MX.

Saturday, October 29, 2005

Akhirnya STNK MX-ku Jadi

Sabtu malam (29/10/05) sepulang dari Kampus Supra sehabis bimbingan tesis dgn Pak Budi & Bu Yanki, aku dapat missed call dari Om Kholis. Doi adalah Om-nya Wahyu ex rekan kerja di Jalok. Doi yg biasa ngurusin STNK motorku. Kebetulan doi kupercaya ngurus urusan surat-menyurat MX-ku. Setelah kutelpon balik ternyata STNK MX-ku sudah jadi. Langsung aja aku tancap ke rumah kakaknya dimana dia menunggu.

Setelah acara basa-basi dan serah terima selesai, doi pamer Supra X 125R barunya. Rupanya STNK-nya juga baru selesai di hari yang sama. Jadi kami sama-sama nganyari. Beberapa saat aku meneliti X125R-nya. Sayang banderolnya mahal sekali, hampir 14,5 jt. Selisihnya hampir 2 jt dengan X125 standar. Dan terpaut 700 ribu dengan MX. Jelas milih MX kemana-mana. Lagi pula MX itu tipe yg exclusive, tidak ada peng-kasta-an seperti X125 (ada kasta X125STD, X125 dgn cakram, dan tipe racing X125R). Jadi, bagi yg punya X125STD bisa saja upgrade ke X125R. Tapi hal ini tidak bisa dilakukan dgn MX. Soalnya hanya ada 1 tipe MX. Mungkin lain halnya jika tahun depan Yamaha mengeluarkan versi MX yg lain, misalnya tipe racing atau CW (cast wheel). Maklum, MX ini masih pake velg jari dan kopling sentrifugal.

Alhasil pulang dengan wajah cerah dan dengan nafsu ingin segera jalan-jalan dengan MX-ku. Terima kasih Tuhan.

Ban Bocor

Sudah 2 kali dalam seminggu ini ban belakang motor bocor. Anehnya kejadiannya sama. Pagi-pagi waktu mau bepergian ban belakang sudah kempes. Untung dekat rumah ada tambal ban. Jadi tidak perlu capai ndorong motor.

Saat nambal yang kedua di tukang tambal yang sama aku mengeluh. "Pak, saya sudah kedua kalinya nambal ban dalam seminggu ini. Mungkin ada yang nyebar paku ya?" Wajar saja aku protes, soalnya di kedua kejadian tersebut pakunya dari jenis yang sama. Paku dengan panjang 2 cm dan berwarna hitam.

Sang bapak hanya merespon, "Iya, mungkin karena banyak bongkaran." Maksudnya bongkaran atau pembangunan rumah. Tapi sebenarnya aku tidak melewati bongkaran atau pembangunan. Yang jelas kejadiannya pasti malam hari saat aku pulang ke rumah. Dan karena pakunya panjang, pasti saat sudah dekat rumah. Kalau kejadiannya masih jauh pasti sudah ndorong dari jauh dong.

Sebenarnya yang kukeluhkan bukan nilai rupiah yang harus dikeluarkan. Soalnya nambal ban memang tidak mahal, cuma Rp. 5.000. Tapi yg membuat jengkel adalah karena buang-buang waktu dan tenaga (ndorong). Seharusnya sudah berangkat tapi harus nambal dulu. Juga karena sebenarnya aku belum lama ganti ban dalam & luar. Sayang sekarang sudah tambalan.

Tapi syukurlah belum pakai Yamaha MX baruku. Masih pakai Kaze. Semoga Senin depan STNK sudah jadi sehingga aku bisa pakai motor baruku.

Tuesday, October 25, 2005

Mengapa Memilih Yamaha MX

Sudah sejak sebulan yang lalu aku mengumpulkan data motor-motor kandidat. Ada Suzuki Satria FU150, Yamaha Jupiter MX135LC, Kawasaki Kaze ZX130, Honda Supra X 125R dan Suzuki Shogun 125 SP. Mengapa sih memilih motor dengan kapasitas besar? Memang kriteria dasarnya adalah: 1) Kapasitas mesin minimal 125 cc; 2) Model harus sporty.

Setelah melihat spesifikasi dan model, akhirnya pilihan dipersempit menjadi Satria F150 dan Jupiter MX135LC. Tapi selama awal bulan Oktober kemarin Jupiter MX belum ada di pasaran sehingga tdk bisa lihat secara nyata. Padahal Jupiter MX sdh di-launch akhir September kemarin. Dan sudah banyak diulas di media cetak. Apalagi contoh-contoh modifikasinya dari Thailand sudah banyak menghiasi media otomotif. Akhirnya waktu itu cuma bisa ngiler dan masih terpaku pada Satria F150.

Akhirnya aku memutuskan membeli MX dari pada F150. Berikut adalah pertimbangannya:
1) Harganya masih masuk akal (13,8 jt). Kalau F150 sih terlalu mahal (Rp 16,5 jt). Walau pun setelah dihitung-hitung, MX ditambah velg racing dan kopling manual harganya akan sama dengan Satria.

2) Teknologinya baru dan Yamaha mengklaim banyak menggunakan teknologi balap, terutama dari moge R1. Teknologinya yg keren: DiAsil, Liquid Cooled (dengan radiator), dan terutama kapasitas mesinnya yg 135 cc (memang sih masih lebih kecil daripada Satria yg 150 cc). Tambahan: kompresinya sampai 10,9 tetapi masih bisa menggunakan premium. Suspensi belakangnya tunggal (monoshock/ monocross).

3) Bentuknya keren habis. Fairingnya seperti moge (motor gede) balap. Kesannya aerodinamis sekali. Dan cukup tinggi sehingga sesuai dengan postur tubuhku.

4) Produk ini masih baru. Jadi masih terasa eksklusif karena masih belum banyak yg pakai. Lagi pula modelnya menyiratkan model masa kini.

5) Lebih irit biaya operasionalnya dari pada Satria. Terutama di bahan bakar. Kalau pakai Satria harus menggunakan Pertamax. Sedangkan MX cukup menggunakan premium. Jelas lebih irit dong, walau pun top speed atau pun tarikannya "mungkin" kalah dari pada Satria. Lagi pula suku cadang Yamaha terkenal murah.

Itulah sedikit pertimbanganku sehingga akhirnya memilih MX. Yang pasti terima kasih pada Tuhan sehingga aku bisa membeli MX ini. Sekarang tinggal ngurus BBN.

Hari Pertama Yamaha MX-ku

Hari pertama Yamaha MX-ku. Malamnya sempat bikin heboh Herman dan teman-temannya. Mereka melihat dengan takjub. Black yang suka sok tahu itu bilang kalau tampilannya serem. Mungkin maksudnya sangar kali ya?

Dari segi tampilan memang Yamaha MX tergolong bebek yang sportif banget. Fairingnya seperti layaknya moge (motor gede) balap.

Sayangnya aku tidak dapat warna biru. Padahal kalau dapat warna biru, bisa ganti motif seperti motif teamnya Valentino Rossi, yaitu Yamaha Goulioses (eh... nulisnya bener nggak ya?)

Sepanjang malam sudah ingin mbesut motor baruku. Sayang belum balik nama sehingga belum punya BPKB+STNK. Kepikir juga sih mau pakai plat nomer Kaze. Tapi kalau ada apa-apa repot juga. Akhirnya menahan nafsu untuk tidak segera memakainya.

Monday, October 24, 2005

Yamaha MX Baruku

Tgl 24 Oktober 2005 ini motor Yamaha MX135LC-ku datang. Kemarin aku menyambangi 2 dealer Yamaha. Yang pertama di dekat pasar Sumber Artha, tapi MX incaran yang tersedia hanya warna oranye. Ih... kayak Pak Pos aja. Terus ke dealer Bekasi. Dan syukurlah masih ada 1 sisa warna perak.

Sempat tanya ke teman Neti yg juga bisnis motor, siapa tahu dapat diskon. Ternyata diskonnya cuma 100rb. Akhirnya diputuskan beli saja di dealer Bekasi ini. Tapi belinya kosongan, tanpa BBN (Bea Balik Nama), karena kalau diuruskan dealer BPKB+ STNK baru bisa jadi pertengahan November. Wuih... lama amir. Harga kosongan 12,3jt. Jika beli OTR harganya 13,8jt. Jadi spare untuk BBN kurang lebih 1,5jt. Semoga nggak sampai 1,5jt biayanya.

Paginya aku ambil kekurangan uang di Bank Mandiri. Habis itu ndekem di rumah menunggu kedatangan motor. Dealer berjanji jam 15 diantar dan sebelumnya akan menghubungiku. Tapi sampai jam 15:30 kok belum dihubungi dan belum diantar. Akhirnya kutelpon dealer. Ternyata aku memberi nomer HP-ku salah. Seharusnya 108 tapi yg kuberikan 109. Maklum nomer rumahku 109 dan akhiran nomer HP-ku 108. Jadi sering keliru.

Akhirnya jam 16:00 motorku datang ditambah bonus helm standar (tanpa kaca) dan jaket. Tidak lupa peralatan (kunci2) secukupnya. Setelah urusan administrasi & keuangan selesai, aku langsung bawa beli bensin. Kebetulan POM Bensin dekat, jadi tidak khawatir kena tilang Pak Polisi. Di sepanjang perjalanan banyak dilirik pengendara motor yang lain. Sempet dikuntit motor lain (jangan2 akunya yg GR ya?). Selama mengisi juga banyak dilihat orang lain. Mungkin mereka baru melihat Yamaha MX secara real, kan selama ini hanya melihat iklannya Komeng terbang bareng MX.

MX cukup tinggi. Handlingnya sangat ringan (atau karena sebelumnya pakai Kaze yg termasuk berat ya?). Pertama kali mengendara rada kagok terutama karena ringannya handling. Juga posisi tuas persneling yang beda dengan Kaze. Tetapi setelah beberapa meter jalan jadi terbiasa. Rem oke. Tarikan ringan banget. Sayangnya tidak berani ngebut karena selain masih baru juga belum terbiasa.

Kesimpulan sementara: mesin dan handling oke. Bentuk atraktif dan tinggi, sesuai dengan posturku yang 176cm. Yg jelas, first impression is OX banget, gitu loh.

Tuesday, October 18, 2005

Pajak Bandwidth?

Penetrasi internet di Indonesia sangat kurang dan sangat lambat. Seperti kita tahu, internet dapat menjadi sumber belajar ilmu pengetahuan karena sangat banyak resources yang tersedia di internet. Menyadari manfaat internet ini, WSIS menargetkan penetrasi internet sampai 50% di tahun 2015 (Baca: Indonesia Matangkan Empat Isu ke WSIS II, Menristek: Jangan Gagal Penuhi Target WSIS). Muluk? Seharusnya tidak.

Tetapi yang mencengangkan adalah akan diberlakukannya Pajak Bandwidth (baca: Risau Pajak Bandwidth:
RUU Pajak Diharap Mampir ke Ditjen Postel
). Tentu saja banyak para pakar TIK yang protes (Baca: Faisal Basri: Pajak Bandwidth Kebijakan Dungu). Jika pajak ini jadi diberlakukan, maka banyak pemain internet (ISP) akan menaikkan tarifnya. Dan akhirnya berimbas ke akses internet yang makin mahal. Padahal seperti kita tahu, sekarang pun internet masih dianggap barang mewah dan teknologi tinggi bagi kebanyakan orang di Indonesia.

Semoga kelak ada solusi lebih baik bagi akses internet yang murah di Indonesia dan target Indonesia WSIS dapat tercapai. Amin.

Sunday, October 09, 2005

Seminggu Setelah BBM Naik

Tgl 1 Oktober 2005 pemerintah mengumumkan kenaikan BBM. Jumlahnya cukup mengagetkan, yg tadinya diperkirakan oleh para analis kenaikan hanya 30-40% ternyata kenaikan hampir 100%. Demo marak di mana-mana, bahkan di beberapa daerah terjadi kerusuhan, seperti di Makasar. Tapi pemerintah tdk bergeming. Yah, karena sdh terlanjur naik, malu kan kalo hrs menelan ludah.

Harga2 sdh bergerak naik, inflasi mencapai 12%. Harga transportasi umum naik sampai 40%. Dunia industri yg selama ini menggantungkan operasionalnya pd solar sudah kembang kempis. Lucunya tdk ada inisiatif nyata dr pemerintah utk membantu rakyatnya dlm melalui krisis ini. Himbauan utk "berhemat" terdengar sumbang bagi kebanyakan telinga. Baca tulisanku sebelumnya: Himbauan Wapres Agar Rakyat BerhematHimbauan Wapres Agar Rakyat Berhemat.

Bahan bakar alteratif solar, yaitu Pertamina DEX msh terlalu mahal, masih di atas 6.000. Jadi bukan alternatif BBM murah, tapi utk opsi BBM yg ramah lingkungan. Sdh jadi kenyataan bhw kehidupan kita sgt tergantung dgn BBM fosil. Bahkan lucunya sebagian listrik dr PLN dibangkitkan menggunakan BBM.

Padahal dulu pernah ada BBG (bhn bakar gas) yg banyak digunakan Taxi. Sayang sekarang hampir punah. Kurang sosialisasi? Atau kebijakan pemerintah kurang dpt memaksakan penggunaan BBG?

Dari krisis ini, kita dpt melihat bbrp borok, yaitu:
1) Dana subsidi dialihkan ke rakyat miskin. Tampak bahwa sebelumnya pemerintah kurang memperhatikan rakyat miskin. Lagi pula dana ini dlm bentuk uang 100ribu/bulan. Sampai kapan? Beberapa pengamat menyarankan bantuan tdk dlm bentuk uang, tapi dlm bentuk modal keterampilan & pengetahuan.

2) Tdk adanya konsep yg jelas kemana negara ini mau dibawa. Pemerintah terlalu sibuk mengatasi masalah2 kecil jangka pendek & melupakan rencana jangka panjang. Termasuk strategi & kebijakan yg lemah. Mungkin perlu REPELITA spt jaman ORBA. Jadi rakyat tahu arah langkahnya (=negara).

3) Setiap kebijakan selalu hrs ada yg dikorbankan. Kali ini korbannya terlalu banyak. Pengusaha banyak yg mulai merasakan kesulitan, terutama transportasi. Sdgkan rakyat yg dpt hibah secara mental akan menjadi lemah & cenderung menjadi tergantung pd sedekah.

Secara pribadi, saya ada beberapa saran:
1) Libatkan lebih banyak cendekiawan & juga akademisi utk turut memikirkan krisis ini. Kalo perlu bentuk lembaga utk menangani krisis. Rangkul LSM yg terkait.

2) Edukasi masyarakat untuk mengadopsi solusi alternatif. Ini hrs dilakukan secara komprehensif & terus menerus. Buat daftar solusi alternatif & dipublikasi secara meluas. Misalnya pengganti minyak tanah, yaitu LPG atau kayu bakar. Atau tip 'n trik berhemat. Syukur2 bisa dijadikan buku panduan.

3) Galakkan R&D utk teknologi alternatif. Walau pun butuh dana besar & waktu lama, tapi ini menjadikan kita lebih tahan krisis dan tdk tergantung teknologi & energi konvensional.

Ini merupakan krisis nasional. Kebijakan ini "mungkin" tdk salah, tapi harus ada solusi terbaik untuk mengatasi dampaknya. Semuanya harus turut memikirkan & berbagi ilmu & pengetahuan shg kita dpt bersama mentas dr krisis. Semoga TUHAN berkenan membantu kita. Amin.

Sunday, October 02, 2005

Ada Apa dgn Axel?

"Ada Apa dgn Axel?", adalah pertanyaan yg selalu melintas di kepala sejak Axel didiagnosa bermasalah di usianya yg hampir 2 tahun. Sebenarnya aku sdh mulai menyadari saat usianya 1,5 tahun, tapi pemeriksaan secara klinis secara intensif baru dilakukan setelah Axel hampir menginjak 2 tahun. Sejak saat itu beberapa terapi dilakukan sampai akhirnya menetap di Talitakum sampai di usianya yg lewat 5 thn ini.

"Mengapa bisa terjadi?" Pertanyaan ini muncul ketika para ahli mendiagnosa Axel menderita ADHD (attention defisit hyper disorder), yaitu salah satu spektrum Autis. Segala literatur dilahap. Segala tempat dijelajah dan beberapa ahli/spesialis dihubungi. Banyak spekulasi yg diperkirakan sebagai penyebab autis, tapi aku pasrah bahwa ini adalah karunia dari Tuhan. Sekarang aku tidak mempermasalahkan apa penyebabnya lagi, yang terpenting adalah bagaimana menyembuhkan Axel dan bagaimana menjamin masa depan Axel.

"Mengapa harus Axel?" Sering kali aku hampir putus asa ketika berusaha memahami arti karunia ini. Tuhan pasti memiliki rencana yang indah yg saat ini kami belum tahu artinya. Yang bisa kami lakukan hanya terus dan terus berusaha mencari cara untuk kesembuhan Axel.

"Sampai kapan?" Segala daya upaya telah dilakukan. Dan semua biaya diprioritaskan untuk kesehatan dan kesembuhan Axel. Tapi sampai kapan? Bukannya aku tidak mau terbebani Axel, tapi aku berpikir, ada masanya aku tidak dapat lagi menopang kehidupan Axel. Misalnya saat aku telah tiada. Sejak didiagnosa autis, aku telah berjanji akan menopang hidup Axel selamanya apa pun keadaannya di masa depan. Dan akhirnya aku malah terbelengu dengan pikiran tentang panjang hidupku. Apakah aku sanggup menolong Axel sampai akhir hayatnya?

Aku keliru! Bukan aku yang menopangnya, tapi Tuhan! Aku hanya bisa berusaha dan terus berusaha, tapi Tuhan yang memutuskan. Aku keliru dengan mengandalkan kemampuanku saja. Padahal tangan-tangan Surgawi selalu menolong kami. Akhirnya aku menyerahkan segalanya pada Tuhan termasuk masa depan Axel.

Dan terbukti aku keliru menganggap Axel tidak memiliki masa depan dan selalu berusaha untuk menopang Axel selama hidupnya. Padahal ternyata autis bisa sembuh! Minimal bisa diperbaiki. Informasi ini baru aku peroleh setelah membaca berita tentang konferensi tahunan DAN (defeat autism NOW!). Informasi yg selama ini aku peroleh, yaitu bahwa autis sudah harga mati ternyata salah. Jadi kini masih ada harapan untuk (semua) penderita autis, walau pun ternyata terapi dan obat-obatannya belum tersedia di Indonesia. Tapi dalam waktu dekat pasti akan masuk Indonesia.

Sekali lagi aku menyadari bahwa semuanya itu indah ketika menyadari bahwa kita tidak mampu dan segalanya murni bantuan Tuhan. Biarlah kita berusaha dan terus berusaha dengan tekun dan tidak mengenal lelah, tapi pahamilah bahwa Tuhan-lah yang menentukannya. Biarkanlah dan rasakanlah bantuan dan karunia-NYA dengan penuh syukur. Jadikan pengalaman dan peristiwa ini sebagai ujian bagi kita. Jawaban dan bantuan bagi kita tidak selalu seperti yang kita inginkan, tetapi seperti yang Tuhan tetapkan. Semuanya butuh waktu, kesabaran dan ketekunan. Berlian telah ditempa oleh waktu dan tekanan bumi yg besar sehingga dapat menjadi sangat indah. Demikian juga manusia.

Terima kasih Tuhan karena telah membuka mata dan hati kami sehingga dapat mensyukuri berkat, rahmat dan rejeki yang telah KAU berikan kepada kami. Maafkan kami jika selama ini tidak menyadari bahwa Engkau sungguh mengasihi kami sampai Engkau rela mengutus Puteramu Yesus Kristus sebagai korban silih bagi kami. Kini giliran kami meneruskan Jalan Salib kehidupan kami yg ternyata sangat ringan ini.

NB: bagi yang ingin mengetahu lebih lanjut tentang Autisme, silakan merujuk situs www.autisme.or.id.

Cuti Seminggu

Melanjutkan posting sblmnya (Ke Semarang Lagi). Sesuai rencana kami (Aku, Sisi, Axel, Ibu, Yu, & P. Dedi supir) berangkat dari Pemalang tgl 28/09 Rabu. Sampai Aston jam 3an. Sempet bingung soal arah, tapi setelah tanya akhirnya sampai. Ternyata dekat sekali dgn MMC. Kami menginap di Apartemen Aston. Kami sdh booking Superior yg memiliki 2 kamar tidur. Rupanya oke juga, fasilitas lengkap seperti layaknya hotel bintang 4 (atau bahkan 5?). Ada ruang tamu/keluarga, ruang makan dan dapur yg menyatu. Kemudian 2 kamar tidur, yg 1 lebih kecil. Dan tentu tdk lupa kamar mandi. Selain ada dapur dgn perlengkapannya, ternyata ada ruang cuci kecil lengkap dengan mesin cuci otomatis. Alhasil selama 2 hari menginap sempat pula mencuci. Ngirit, dari pada laundry bisa mahal bgt.

Seperti biasa, perlu perjuangan extra untuk membawa Axel ke lingkungan baru. Syukurlah setelah masuk apartemen dia bisa mulai beradaptasi. Tidak lupa semua perkakas diutak-atik olehnya. Syukurlah apartemen tdk terlalu luas shg Axel tdk terlalu berlarian. Semua bekal mainan baru khusus untuknya telah habis dimainkan. Gambar2 mobil untuk digunting juga telah diguntingnya. Guntingan2 itu kemudian ditempel ke tembok. Untunglah lem & double-tape tdk dikeluarkan. Bisa2 tempelan jadi permanen melekat di tembok. Tdk lupa semua saklar lampu, dispenser & kompor gas diobrak-abrik olehnya sampai akhirnya dia tertidur setelah dipaksa tidur.

Paginya kami ke MMC jam 8:45. Janji dgn Dr Melly Budhiman jam 9:30. Alhasil kami agak bersusah payah menjaga Axel yg hyper. Tepat jam 9:30 Axel masuk ruang periksa. Di dalam Axel dites & disimpulkan bhw Axel bisa menyelesaikan tes tapi dgn banyak manipulasi. Kemudian juga diambil darahnya utk dites laboratorium. Sampel darah akan dikirim ke Amerika untuk mengetahui racun di tubuh Axel. Hasil baru diperoleh sebulan berikutnya. Kami sekaligus menjadwal pemeriksaan berikutnya, yaitu pd tgl 16/01/06 hari Senin.

Setelah periksa kami ke Warung Buncit utk beli obat di Yayasan Autisme. Kebetulan hari itu (tgl 29/09) sdg marak2nya demo menolak kenaikan BBM shg Jkt macet. Kemacetan ditambah antrean kendaraan yg akan membeli BBM yg memang langka krn pasokannya sengaja dikurangi Pertamina. Cari makan jadi susah. Rencana nengok rumah di Kranji batal krn takut terjebak macet, dan yg terpenting adlh hemat BBM.

Menginap semalam lagi di Aston & paginya (30/09) kami check-out & pulang ke Semarang. Seperti perjalanan berangkat, perjalanan pulang juga diwarnai banyak kemacetan. Mampir di Tegal untuk makan siang. Aku & Sisi mencari bakso utk Axel. Sayangnya dia tdk mau makan baksonya, sedangkan snack jagung & kacang atom dilahapnya sampai habis. Ya sdh, tdk apa2, yg penting ada makanan masuk. Aku malah siang itu tdk sempat makan. Laper bgt sih, akhirnya snack kuembat utk ganjel perut.

Sampai Pemalang terjadi estafet supir krn P. Dedi sdh sampe kotanya. Sbg catatan, walau pun srg terjadi kemacetan, kami masih bisa membeli solar di bbrp SPBU. Memang ada beberapa SPBU yg penuh antrean atau pun BBM habis. Puji Tuhan kami tdk perlu antre panjang atau pun kehabisan.

Sampe Smrg pk 19:30an. Semua capek sampai tdk peduli dgn pengumuman kenaikan BBM pk 00:30. Terima kasih Tuhan karena telah mendampingi kami sehingga acara dpt berjalan dgn lancar. Dan semoga dpt memberikan hasil yg positif bagi Axel. Amin.