Sunday, October 09, 2005

Seminggu Setelah BBM Naik

Tgl 1 Oktober 2005 pemerintah mengumumkan kenaikan BBM. Jumlahnya cukup mengagetkan, yg tadinya diperkirakan oleh para analis kenaikan hanya 30-40% ternyata kenaikan hampir 100%. Demo marak di mana-mana, bahkan di beberapa daerah terjadi kerusuhan, seperti di Makasar. Tapi pemerintah tdk bergeming. Yah, karena sdh terlanjur naik, malu kan kalo hrs menelan ludah.

Harga2 sdh bergerak naik, inflasi mencapai 12%. Harga transportasi umum naik sampai 40%. Dunia industri yg selama ini menggantungkan operasionalnya pd solar sudah kembang kempis. Lucunya tdk ada inisiatif nyata dr pemerintah utk membantu rakyatnya dlm melalui krisis ini. Himbauan utk "berhemat" terdengar sumbang bagi kebanyakan telinga. Baca tulisanku sebelumnya: Himbauan Wapres Agar Rakyat BerhematHimbauan Wapres Agar Rakyat Berhemat.

Bahan bakar alteratif solar, yaitu Pertamina DEX msh terlalu mahal, masih di atas 6.000. Jadi bukan alternatif BBM murah, tapi utk opsi BBM yg ramah lingkungan. Sdh jadi kenyataan bhw kehidupan kita sgt tergantung dgn BBM fosil. Bahkan lucunya sebagian listrik dr PLN dibangkitkan menggunakan BBM.

Padahal dulu pernah ada BBG (bhn bakar gas) yg banyak digunakan Taxi. Sayang sekarang hampir punah. Kurang sosialisasi? Atau kebijakan pemerintah kurang dpt memaksakan penggunaan BBG?

Dari krisis ini, kita dpt melihat bbrp borok, yaitu:
1) Dana subsidi dialihkan ke rakyat miskin. Tampak bahwa sebelumnya pemerintah kurang memperhatikan rakyat miskin. Lagi pula dana ini dlm bentuk uang 100ribu/bulan. Sampai kapan? Beberapa pengamat menyarankan bantuan tdk dlm bentuk uang, tapi dlm bentuk modal keterampilan & pengetahuan.

2) Tdk adanya konsep yg jelas kemana negara ini mau dibawa. Pemerintah terlalu sibuk mengatasi masalah2 kecil jangka pendek & melupakan rencana jangka panjang. Termasuk strategi & kebijakan yg lemah. Mungkin perlu REPELITA spt jaman ORBA. Jadi rakyat tahu arah langkahnya (=negara).

3) Setiap kebijakan selalu hrs ada yg dikorbankan. Kali ini korbannya terlalu banyak. Pengusaha banyak yg mulai merasakan kesulitan, terutama transportasi. Sdgkan rakyat yg dpt hibah secara mental akan menjadi lemah & cenderung menjadi tergantung pd sedekah.

Secara pribadi, saya ada beberapa saran:
1) Libatkan lebih banyak cendekiawan & juga akademisi utk turut memikirkan krisis ini. Kalo perlu bentuk lembaga utk menangani krisis. Rangkul LSM yg terkait.

2) Edukasi masyarakat untuk mengadopsi solusi alternatif. Ini hrs dilakukan secara komprehensif & terus menerus. Buat daftar solusi alternatif & dipublikasi secara meluas. Misalnya pengganti minyak tanah, yaitu LPG atau kayu bakar. Atau tip 'n trik berhemat. Syukur2 bisa dijadikan buku panduan.

3) Galakkan R&D utk teknologi alternatif. Walau pun butuh dana besar & waktu lama, tapi ini menjadikan kita lebih tahan krisis dan tdk tergantung teknologi & energi konvensional.

Ini merupakan krisis nasional. Kebijakan ini "mungkin" tdk salah, tapi harus ada solusi terbaik untuk mengatasi dampaknya. Semuanya harus turut memikirkan & berbagi ilmu & pengetahuan shg kita dpt bersama mentas dr krisis. Semoga TUHAN berkenan membantu kita. Amin.

No comments: