Sunday, February 27, 2005

Stop Merokok!!!

Sebenarnya unek-unek ini sdh terpendam cukup lama: saya tidak suka hal-hal yang berbau rokok. Menyebalkan ketika melihat orang merokok, asapnya yang bau dan membuat sesak. Berdekatan dengan orang bau rokok saja rasanya sudah memuakkan.

Biasanya kalau di sebelah saya ada orang merokok, saya selalu mengibas-ngibaskan tangan mengusir asapnya yang menyebar mendekati saya. Seringkali si perokok tahu diri dan menjauh dari saya. Tapi banyak pula yg tidak tahu diri dgn terus merokok dengan santai. Padahal posisi saya saat itu tidak memungkinkan saya untuk pindah, misalnya saat di kereta api bisnis atau di warung makan. Alhasil saya menutup hidung dan mulut dengan sapu tangan di depan dia terang-terangan.

Bukannya sok suci atau apa, tapi memang saya menderita sesak nafas alias asma karena saya alergi debu, dingin dan bau rokok (kalau yg terakhir memang alergi banget). Nah, saya mengkategorikan perokok-perokok itu sebagai orang yang egois dan tidak tahu diri. Apalagi jika merokoknya di tempat umum. Wuih... rasanya ingin menjitak itu perokok.

Di Jakarta telah berlaku undang-undang tentang merokok di tempat umum dengan denda sampai 50 juta atau kurungan 3 bulan. Wah... saya mendukuuuuuung banget. Syukurlah pemerintah mulai sadar dengan kesehatan masyarakatnya. Saya harap perokok juga menjadi sadar akan kesehatannya sendiri mau pun kesehatan lingkungan dan orang sekitarnya.

Saya tidak merokok karena selain tidak suka, tidak mengetahui apa manfaat merokok, tidak mau mencoba, tidak mau bakar-bakar duit, dan yang terlebih utama adalah bahwa merokok itu merugikan kesehatan kita. Ayah saya tercinta adalah seorang perokok berat. Pada usianya yang ke-50 tahun beliau terkena stroke. Beliau sudah merokok sejak SD. Walau pun tahu itu merugikan dan tidak ada manfaatnya, beliau tetap merokok. Mungkin karena sudah kecanduan. Tapi saya berterima kasih pada beliau karena beliau sangat ketat dan keras menjaga agar anak-anaknya tidak merokok. Setelah stroke, beliau benar-benar berhenti merokok sampai sekarang di usianya yang ke-65. Haruskah para perokok itu berhenti setelah sakit? Sekarang tidak! Mereka harus berhenti! Atau mereka terkena denda 50 juta atau kurungan beberapa bulan. Shock therapy? Harus!!!

Thursday, February 24, 2005

Menggunakan Notebook Centrino

Hari Selasa 22 Feb 2005 kemarin akhirnya aku bisa membeli notebook Centrino idamanku. Dengan spesifikasi Intel-M 1.5GHz, LCD 15inc XGA, RAM 256MB (akan aku upgrade menjadi 512MB), HD 40GB, WiFi dan perlengkapan lainnya, cukup memuaskan hatiku, walau pun mereknya lokal, yaitu Axioo seri 100.

Yang membuatku puas adalah: 1) Displaynya yg 15 inc, walau pun resolusinya XGA, tetapi membuat segalanya tampak besar & terang; 2) Baterainya yg awet, telah dicoba untuk kerja ringan baterai sanggup hidup 4 jam lebih; 3) DVD/CD-RW, akhirnya aku bisa browse DVD bawaan majalah CHIP & juga bisa nonton DVD di notebook; 4) WiFi, tidak mau kalah dengan teman-teman kuliah yg sudah banyak menggunakan WiFi di kampus kami. Kebetulan di kampus kami telah menyediakan hotspot.

Tapi ada juga yg membuat aku sedikit kecewa, yaitu: 1) Tidak ada infrared, terpaksa aku harus menjadwalkan membeli USB irda, karena kalau tidak, aku tdk bisa transfer foto-foto dari HP SE500i-ku; 2) Bobotnya lumayan juga, yaitu 2,8 Kg.

Axioo 100 ini akan menggantikan tugas notebookku sebelumnya, yaitu Aris (Uniwill) P4 2.4GHz, RAM 256 MB, HD 20GB, CDROM yang sebenarnya adalah PC dengan form notebook.

Saturday, February 19, 2005

Seminar Balanced Scorecard

Hari Rabu 23 Februari 2005 nanti PETERS akan mengadakan Seminar Sehari Balanced Scorecard dengan mengambil judul: Mengukur Kinerja Perusahaan untuk Meningkatkan Kinerja Secara Berkesinambungan. Rasanya seminar ini penting sekali bagi para eksekutif top perusahaan, mahasiswa S1/S2 yang ingin mempelajari manajemen, atau juga untuk para praktisi dan pengusaha mandiri.

Metode BSC telah terbukti sangat efektif dan efisien dalam mengukur kinerja manajemen organisasi dan memberikan efek yang sangat positif bagi organisasi. Jadi jika ingin perusahaan atau organisasi Anda maju, jangan lupa hadir ke seminar ini.

Informasi lebih lanjut dapat diperoleh di: www.sisfokampus.net atau ke Pelatihan Terpadu Suprawww.supra.ac.id. Sampai jumpa hari Rabu 23 Februari nanti.

Thursday, February 17, 2005

No Fun No Gain

Pepatah barat lama yg sangat terkenal sampai kini, yaitu No Pain No Gain dari dulu membuat saya tersenyum karena dengan berbekal pepatah ini, saya sedikit terhibur kala menghadapi masalah.

Dulu saya meng-amini pepatah ini. Dulu saya selalu menghibur diri kala masalah datang menghadang. Dan menganggap bahwa masalah yg saya hadapi dapat meningkatkan hidup saya.

Tapi semenjak saya mulai bisa menikmati hidup, saya lebih cenderung mengusulkan pepatah No Fun No Gain. Bukannya bermaksud selalu hura-hura, dugem atau yg lainnya, tetapi karena saya menghadapi masalah selalu dengan hati yang lapang. Saya cenderung memandang masalah yg timbul sebagai tantangan.

Bagi saya, masalah bukanlah Pain, tetapi merupakan tantangan. Dan kebetulan saya menyenangi tantangan. Jadi saya menghadapi masalah dengan Fun.

Tuesday, February 15, 2005

Belajar dgn Mengalami

Sering kali kita mendengar kalimat: "Belajar dari pengalaman." Tapi tidak semua orang pernah mengalami apa yg seharusnya akan dia pelajari. Oleh karena itu metode pembelajaran sekarang lebih menekankan: "Belajar dengan mengalami".

Saat kita belajar, kondisi dibuat seolah-olah kita mengalami apa yg akan kita pelajari. Banyak perangkat bantu untuk mengkondisikan proses belajar ini, yaitu Simulator. Tapi untungnya saya mengalami belajar tdk hanya dengan simulasi dengan perangkat bantu simulator ini, saya belajar dengan benar-benar mengalaminya. Memulai, berjuang, memajukan, mempertahankan, bersaing, berhasil, gagal, dll.

Medio 2004 kemarin saya bersama dengan Mbak Lina & Supriyadi (keduanya adalah rekan kuliah S2 saya) memulai bisnis pelatihan bernama PETERS (Pelatihan Terpadu Supra). Dengan tujuan mempraktekkan ilmu yg kami peroleh dari bangku kuliah, kami mulai belajar mendirikan bisnis pelatihan ini. Saat ini sudah banyak yg kami pelajari, seperti: mendirikan bisnis, kewirausahaan, marketing, keuangan organisasi, perilaku organisasi, manajemen dinamis, persaingan, dan banyak sekali hal-hal yg jika tidak kita alami secara langsung menjadi sangat hambar dan mudah terlupakan.

Tidak lupa teori-teori seperti Porter's Five Forces, SWOT, CRM, marketing mix, dll, mulai kami terapkan. Dan kalau boleh berbagi perasaan, saya menilainya sebagai hal yg sangat mengasyikkan sekali. Tidak lupa kami berterima kasih pada STIE Supra dan tim manajemennya yg memberikan kesempatan pada kami dan membantu kami.

Memulai itu Susah?

Banyak ide beredar di kepala. Tapi mengapa memulai mewujudkannya sangat sulit? Rasa takut, malas, ragu/bimbang, berpikir terlalu jauh ke depan, berpikir terlalu banyak halangan dan rintangan, berpikir tentang kegagalan, menunggu kesempatan, menunggu rekan kerja memulai, menunggu dana, dan lain-lain sudah menghantui sebelum kita memulai sesuatu. Padahal langkah "memulai" itu baru awal saja, tapi mengapa sudah sulit sekali? Seringkali malahan ide di kepala menjadi mentah karena kita ragu dan batal untuk mewujudkannya.

Tapi kita harus memulai! Ini semua dimulai dari kita sendiri! Dan ini baru awal. Setelahnya masih banyak langkah-langkah lain yg jauh lebih sulit, yaitu: berjuang, mempertahankan, memajukan, dan langkah-langkah lain yg dapat membuat kita lebih maju dari sekarang.

Jadi kalau kita ingin maju dan sukses, langkah "memulai" itu seharusnya justru langkah yg termudah! Mari kita mulai maju, mulailah dari kita sendiri.

Mundur untuk Menang

Memang mengecewakan ketika kita harus mengalami kekalahan dan kegagalan. Tak sedikit pula yg menghadapi kekalahan dan kegagalan ini dengan stres dan rasa kecewa yg sangat mendalam dan akhirnya benar-benar mundur. Bagiku, kegagalan atau kekalahan ini hanyalah suatu proses untuk sukses. Ini hanyalah gemblengan awal bagi kita. No pain no gain.

Akhirnya, kita boleh mundur selangkah untuk maju 3 langkah. Maju terus Team Peters (Pelatihan Terpadu Supra), buktikan bahwa kita bisa!!!

Monday, February 14, 2005

Liburan di Semarang

Istirahat sejenak dari rutinitas pekerjaan. Pulang tgl 8 Feb malam ke Semarang bertemu istri & anakku yg lucu. Tapi betulkah bisa istirahat dari rutinitas pekerjaan? Ternyata tdk juga. Seperti biasa, kalau sudah bawa notebook berarti urusan kerja ikut pula terbawa. Memang sih tdk total kerja, karena memang waktu yg kuluangkan untuk kerja di Semarang memang sedikit. Tapi paling tidak menghasilkan 1 program demo dengan minimal requirement, yaitu program untuk klinik. Kebetulan ayah mertuaku membutuhkannya untuk rumah sakitnya di Yogyakarta. Dalam waktu 3 hari! Itu pun cuma beberapa jam per harinya. Akhirnya dengan sangat lega aku bisa menyelesaikan program demo klinik ini. Ngebut banget, tapi semoga bugs-nya sedikit.

Tgl 13 malam kencan dengan keluarga kecilku berakhir. Dengan diiringi janji bulan Maret aku akan kembali lagi. Sampai jumpa lagi istri & anakku yg lucu. Syaloom.

Saturday, February 05, 2005

Bekerja dengan Tools yg Tepat

Sudah jadi pengetahuan umum kalau kita perlu bekerja dengan peralatan yg tepat. Bagaimana mungkin kita membuka baut ukuran 9inc dengan kunci pas ukuran 11inc? Atau memasang sambungan pipa dengan hanya bermodal tang kecil? Dan perlukah kita memiliki kunci pas dengan disalut emas [biasanya peralatan bersalut emas hanya akan menjadi pajangan atau simbol] jika memang hanya untuk bekerja sehari-hari? Tentu saja tidak perlu ya?

Sebenarnya cukup menyenangkan ketika kita memiliki peralatan yang sesuai dengan pekerjaan kita. Saat ini aku memiliki notebook yang memiliki spesifikasi yang sesuai dengan pekerjaanku baik sebagai dosen, programmer, dll. Tetapi ketika surfing ke internet menemukan TabletPC yang kunilai sophisticated, serasa berdebar saja degup jantungku. Rasanya asyik sekali bisa memilikinya. Padahal aku tahu bahwa spesifikasinya mungkin malah tidak cukup membantu kerjaku.

Bayangkan saja: membuka baut baja ukuran 20inc dengan sebuah tang dari plastik. Walau pun ukuran tang plastik tersebut sesuai, tapi apakah cukup kuat untuk membuka baut tersebut? Dengan analogi ini, akhirnya aku menahan diri dan menempatkan keinginanku tersebut tetap di angan-anganku.

Dosenku yg Sayangnya...

Diajar oleh dosen yang tidak bisa mengajar sungguh menyebalkan. Bagaimana tidak? Mengajarnya saja tidak metodis. Materi yg diajarkan meloncat-loncat. Sedikit saja ditanya seorang mahasiswanya, jawaban jadi melebar kemana-mana. Belum lagi kami tdk boleh meng-copy materi yg diberikan. Tidak ada handout yg diberikan. Bekal kami belajar adalah sebuah buku tebal lebih dari 10cm dengan berat nyaris 10kg. Dan sayangnya oleh dosen ybs, buku tersebut tdk pernah jadi acuannya dlm mengajar. Praktis tidak pernah dibuka. Menyedihkan sekali.

Jadi teringat 7 tahun yg lalu ketika awal-awal menjadi dosen. Saat itu sebelum benar-benar mengajar, kami dibekali AA (Ancangan Aplikasi) atau mungkin sekarang disebut Akta V. Kami benar-benar brainstorm mengenai hal-hal yg terkait dengan seorang dosen. Dari tri-dharma perguruan tinggi, menyiapkan materi perkuliahan, sampai dengan menyampaikan materi perkuliahan ke mahasiswa. Kami juga melakukan simulasi mengajar di depan dosen-dosen yang lain. Saat itu betul-betul jiwa mengajar dipertanyakan. Benarkah kami memiliki kualitas sebagai pengajar?

Saat ini jadi banyak bertanya tentang dosen saya yang satu ini. Apakah betul dia telah mengikuti pelatihan semacam AA atau AV untuk menjadi dosen? Kalau belum, mungkin beliau perlu mengikutinya dan menanggalkan ego-nya yg cukup tinggi tersebut. Karena menjadi dosen tidak hanya pintar dari segi akademik, tapi juga harus bisa menyampaikan materi dengan baik. Idealnya ada minimal 75% mahasiswa yang dapat memahami materi. Semakin tinggi pemahaman, semakin baik.

Tapi pengalaman ini juga menjadi bahan refleksi bagiku. Bagaimanakah aku ketika mengajar di depan kelas? Apakah mahasiswa-mahasiswaku dapat menerimaku dengan baik. Apakah mereka dapat menangkap materi yang aku sampaikan? Yang jelas, aku selalu berusaha berbuat terbaik demi mereka. Dan jika ternyata dosenku tersebut juga memang telah berbuat terbaik, dan ternyata banyak mahasiswanya belum dapat menerima dengan baik, maka patut disayangkan.

Tuesday, February 01, 2005

Betapa Sulitnya Mengalahkan Diri Kita Sendiri

Tidak dapat dipungkiri bahwa hambatan terbesar dari usaha kita adalah: "diri kita sendiri". Rasa malas, ego, takut, malu, rendah diri, sirik, iri, dan lain-lain, adalah beberapa contoh penghambat kita. Kita harus mulai mengalahkan diri kita sendiri. Ini semua memerlukan proses, dan sering proses ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

Tapi jika kita mulai menyadari bahwa penghambat terbesar adalah diri kita sendiri, berarti kita telah memulai tahap awal usaha mengalahkan diri sendiri. Yang pasti kita tidak dapat melakukannya sendiri. Mintalah pada Tuhan untuk membantu kita mengalahkan diri sendiri.

Tulisan ini saya tulis untuk diri saya sendiri yang telah lama berjuang untuk mengalahkan diri sendiri.

Menjadi Guru Kecil dgn OSS

Telah beberapa waktu berkecimpung di dunia OSS (open source software). Sangat menyedihkan ketika menyadari bahwa OSS kurang berkembang di Indonesia. Bukan dari segi kuantitas, tapi dari segi kualitas. Bukannya meremehkan pemain s/w Indonesia, harus diakui bahwa s/w Indonesia sangat banyak yg berkualitas, tapi mereka selalu closed source/proprietary. Seolah mereka tidak ingin membagikan ilmunya. Atau memang typical-nya terlalu komersil?

Sedangkan kalau saya bilang kurang berkualitas, karena memang banyak OSS Indonesia yg sekedar modifikasi atau merupakan turunan dari OSS dari luar. Memang banyak yg terlibat di proyek-proyek OSS prestisius dunia, tapi kebanyakan hanya sekedar penerjemah untuk proyek L10N (localization) atau sekedar s/w tester. Sangat jarang pemain OSS Indonesia yg benar-benar menelurkan sistem yg serius yg mereka bangun dari scratch sesuai dengan typical/budaya Indonesia.

Bukannya menonjolkan proyek Sisfo Kampus yg OSS [artikel ini ditulis setelah 2+ tahun Sisfo Kampus OSS], tetapi saya banyak belajar dari "Guru". Guru itu mengajarkan ilmu kepada muridnya. Sang Guru tidak akan berkurang atau kehabisan ilmunya walau pun telah dibagikan pada banyak murid. Bahkan Sang Guru akan berkembang ilmunya. Dan lagi Sang Murid akan mendapatkan manfaat luar biasa untuk bekal hidupnya.

Ini berbeda dengan hanya sekedar memberi uang. Kita memberikan uang, maka uang kita akan berkurang. Orang yang kita beri uang pun kemudian akan kehabisan uang. Bagaimana dengan ilmu? Kita memberikan ilmu tanpa perlu kekurangan atau kehabisan ilmu kita!

Jadi untuk apa menutup diri? Ilmu yang kita miliki lebih baik jika dibagikan. Walau pun kita tidak akan disebut sebagai "Guru", tapi anggaplah kita sedang "menabur". Bukan bermaksud pamrih, kelak kita akan "menuai"-nya. Tuhan akan menyirami hidup kita sehingga kita dapat menumbuhkan buah yang baik yang berlimpah untuk kita tuai.

Indonesia punya kata mutiara: "Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa". Patutlah mulai sekarang kita menjadi guru-guru kecil yang tidak mengharapkan tanda jasa, tetapi berharaplah dari kita akan muncul guru-guru yang lain, dengan harapan lebih berjasa dari pada apa yg kita telah capai. Karena mereka adalah buah dari kita, bukan materi tetapi manusia-manusia berkualitas.

Tulisan ini adalah ungkapan salut & dorongan bagi proyek: ilmukomputer.com.

Sisfo Kampus: Proyek Mandiri Pertama

Proyek mandiri pertamaku adalah membuat sistem informasi manajemen perguruan tinggi. Clientku menyebutnya sebagai eCampus. Tak perlu lah mendebat terminologinya. Kelak SIM ini kuberi nama Sisfo Kampus dan kulabeli GNU/GPL sebagai lisensinya. Wah... ternyata sambutan masyarakat melimpah. Tahun pertama proyek ini ku-host di www.sisfokampus.net kelimpahan pengunjung. Dari yang sekedar numpang lewat mau pun yang benar-benar pemerhati. Yang membuat bangga adalah banyak yang menyatakan simpati pada lisensi GNU/GPL yang kulekatkan pada Sisfo Kampus. Alhasil Sisfo Kampus benar-benar proyek SIM serius yang disebarkan secara open source dengan lisensi GNU/GPL. Dan ini terjadi di Indonesia yang model s/w open source masih belum populer. Kalau pun ada, itu sekedar oprek/modif dari open source yg lain. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang GNU/GPL, silakan merefer ke: www.gnu.org.

Kemudian dari sinilah bisnis berawal... Setelah setahun benar-benar "mandiri" (karena memang sendirian), dengan modal awal hanya Sisfo Kampus dan www.sisfokampus.net, kemudian aku berkolaborasi dengan Jonathan Sofian (mantan bos-ku di perusahaan terakhir aku bekerja) untuk mendirikan PT Sisfo Sukses Mandiri. Tekad semakin kuat. Kami harus sukses... Tuhan berserta kita.

Dua Tahun Berwiraswasta

Tidak terasa aku telah 2 tahun berwiraswasta. Bermula dari tutupnya 2 perusahaan terakhir tempatku bekerja, aku memutuskan untuk berwiraswasta.

Penuh tantangan. Penuh ketidakpastian. Penuh pengalaman yg mendebarkan. Penuh dengan godaan untuk bekerja lagi. Bagaimana tidak? Aku memulainya benar-benar dari NOL. Hanya bermodal dengkul & otak. Semua uang telah habis untuk membiayai dapur bulanan keluarga, padahal praktis tidak ada pemasukan. Betul-betul sampai MINUS (soalnya pake ngutang).

Akhirnya 2 tahun terlewati. Tuhan telah memberkatiku & keluargaku. Semakin hari bergerak semakin baik. Tekadku untuk berwiraswasta semakin diteguhkan. Godaan (berupa tawaran pekerjaan) hanya masuk telinga kiri dan keluar telinga kanan. Bukannya aku mengecilkan atau meremehkan tawaran atau sama sekali tidak tertarik bekerja di perusahaan orang, tapi itu karena aku telah berkomitmen memajukan perusahaanku sendiri.

Saat ini perusahaanku yang kudirikan bersama rekan kerjaku, Jonathan Sofian, tengah bertahan hidup. Namanya adalah: PT Sisfo Sukses Mandiri. Tercermin dari namanya bahwa kami ingin sukses mandiri. Wujud dari tekad kami.

Semoga Tuhan terus mendampingi, membantu, dan merestui usaha kami ini.

Amin.