Tuesday, February 01, 2005

Menjadi Guru Kecil dgn OSS

Telah beberapa waktu berkecimpung di dunia OSS (open source software). Sangat menyedihkan ketika menyadari bahwa OSS kurang berkembang di Indonesia. Bukan dari segi kuantitas, tapi dari segi kualitas. Bukannya meremehkan pemain s/w Indonesia, harus diakui bahwa s/w Indonesia sangat banyak yg berkualitas, tapi mereka selalu closed source/proprietary. Seolah mereka tidak ingin membagikan ilmunya. Atau memang typical-nya terlalu komersil?

Sedangkan kalau saya bilang kurang berkualitas, karena memang banyak OSS Indonesia yg sekedar modifikasi atau merupakan turunan dari OSS dari luar. Memang banyak yg terlibat di proyek-proyek OSS prestisius dunia, tapi kebanyakan hanya sekedar penerjemah untuk proyek L10N (localization) atau sekedar s/w tester. Sangat jarang pemain OSS Indonesia yg benar-benar menelurkan sistem yg serius yg mereka bangun dari scratch sesuai dengan typical/budaya Indonesia.

Bukannya menonjolkan proyek Sisfo Kampus yg OSS [artikel ini ditulis setelah 2+ tahun Sisfo Kampus OSS], tetapi saya banyak belajar dari "Guru". Guru itu mengajarkan ilmu kepada muridnya. Sang Guru tidak akan berkurang atau kehabisan ilmunya walau pun telah dibagikan pada banyak murid. Bahkan Sang Guru akan berkembang ilmunya. Dan lagi Sang Murid akan mendapatkan manfaat luar biasa untuk bekal hidupnya.

Ini berbeda dengan hanya sekedar memberi uang. Kita memberikan uang, maka uang kita akan berkurang. Orang yang kita beri uang pun kemudian akan kehabisan uang. Bagaimana dengan ilmu? Kita memberikan ilmu tanpa perlu kekurangan atau kehabisan ilmu kita!

Jadi untuk apa menutup diri? Ilmu yang kita miliki lebih baik jika dibagikan. Walau pun kita tidak akan disebut sebagai "Guru", tapi anggaplah kita sedang "menabur". Bukan bermaksud pamrih, kelak kita akan "menuai"-nya. Tuhan akan menyirami hidup kita sehingga kita dapat menumbuhkan buah yang baik yang berlimpah untuk kita tuai.

Indonesia punya kata mutiara: "Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa". Patutlah mulai sekarang kita menjadi guru-guru kecil yang tidak mengharapkan tanda jasa, tetapi berharaplah dari kita akan muncul guru-guru yang lain, dengan harapan lebih berjasa dari pada apa yg kita telah capai. Karena mereka adalah buah dari kita, bukan materi tetapi manusia-manusia berkualitas.

Tulisan ini adalah ungkapan salut & dorongan bagi proyek: ilmukomputer.com.

1 comment:

Anonymous said...

Per kapita, penduduk Indonesia
belum sejahtera. Itu sebabnya
keberadaan "open source" belum
bisa menjadi kultur di masyarakat
informatique Indonesia. Lihat
pelopor "open source" SUN. Apakah
mereka akan melakukan "open source"
di tahun 1970?

Saya bukan ingin mengritisi guru di
Indonesia. Berapakah dari mereka
yang benar-benar guru? Jika gaji
dosen di Indonesia USD 25.000/tahun, merekalah yang akan
menjadi corong pertama untuk
menggerakkan "open source community". Tentunya pernyataan ini
tidak berlaku untuk Pak Onno Purbo.

Pendapat pribadi saya adalah, saya
ingin menghargai semua proses
berpikir bukan dengan uang tapi
dengan kebudayaan berkecukupan.

Berkecukupan ini bisa infinite. Itu
yang akan dikompensasikan dengan
uang pada umumnya. Kecuali mereka
adalah turunan Socrates.

Itu sebabnya, kualitas SDM terbaik
bisa saya dapatkan di perusahaan
saya. Karena saya bukan menawarkan
uang. Saya menawarkan "perusahaan
yang berbudaya komunitas berkecukupan".

Selamat Berkarya.