Saturday, February 05, 2005

Dosenku yg Sayangnya...

Diajar oleh dosen yang tidak bisa mengajar sungguh menyebalkan. Bagaimana tidak? Mengajarnya saja tidak metodis. Materi yg diajarkan meloncat-loncat. Sedikit saja ditanya seorang mahasiswanya, jawaban jadi melebar kemana-mana. Belum lagi kami tdk boleh meng-copy materi yg diberikan. Tidak ada handout yg diberikan. Bekal kami belajar adalah sebuah buku tebal lebih dari 10cm dengan berat nyaris 10kg. Dan sayangnya oleh dosen ybs, buku tersebut tdk pernah jadi acuannya dlm mengajar. Praktis tidak pernah dibuka. Menyedihkan sekali.

Jadi teringat 7 tahun yg lalu ketika awal-awal menjadi dosen. Saat itu sebelum benar-benar mengajar, kami dibekali AA (Ancangan Aplikasi) atau mungkin sekarang disebut Akta V. Kami benar-benar brainstorm mengenai hal-hal yg terkait dengan seorang dosen. Dari tri-dharma perguruan tinggi, menyiapkan materi perkuliahan, sampai dengan menyampaikan materi perkuliahan ke mahasiswa. Kami juga melakukan simulasi mengajar di depan dosen-dosen yang lain. Saat itu betul-betul jiwa mengajar dipertanyakan. Benarkah kami memiliki kualitas sebagai pengajar?

Saat ini jadi banyak bertanya tentang dosen saya yang satu ini. Apakah betul dia telah mengikuti pelatihan semacam AA atau AV untuk menjadi dosen? Kalau belum, mungkin beliau perlu mengikutinya dan menanggalkan ego-nya yg cukup tinggi tersebut. Karena menjadi dosen tidak hanya pintar dari segi akademik, tapi juga harus bisa menyampaikan materi dengan baik. Idealnya ada minimal 75% mahasiswa yang dapat memahami materi. Semakin tinggi pemahaman, semakin baik.

Tapi pengalaman ini juga menjadi bahan refleksi bagiku. Bagaimanakah aku ketika mengajar di depan kelas? Apakah mahasiswa-mahasiswaku dapat menerimaku dengan baik. Apakah mereka dapat menangkap materi yang aku sampaikan? Yang jelas, aku selalu berusaha berbuat terbaik demi mereka. Dan jika ternyata dosenku tersebut juga memang telah berbuat terbaik, dan ternyata banyak mahasiswanya belum dapat menerima dengan baik, maka patut disayangkan.

2 comments:

Solomon S. Pribadi, S.E., M.M., C.PI, C.NLP, C.FT said...

Sayang kalau ada dosen yang pintar tapi metode mengajarnya kurang baik. Saya setuju kalau dosen yang beginian mesti di"refresh" teknik mengajarnya sehingga mengajar adalah betul-betul merupakan pengabdian untuk mahasiswa, bukan untuk diri sendiri...

Anonymous said...

Ibarat:
"Manager belum tentu Leader"

Demikian juga:
"Pintar belum tentu Pengajar"