Sunday, October 02, 2005

Ada Apa dgn Axel?

"Ada Apa dgn Axel?", adalah pertanyaan yg selalu melintas di kepala sejak Axel didiagnosa bermasalah di usianya yg hampir 2 tahun. Sebenarnya aku sdh mulai menyadari saat usianya 1,5 tahun, tapi pemeriksaan secara klinis secara intensif baru dilakukan setelah Axel hampir menginjak 2 tahun. Sejak saat itu beberapa terapi dilakukan sampai akhirnya menetap di Talitakum sampai di usianya yg lewat 5 thn ini.

"Mengapa bisa terjadi?" Pertanyaan ini muncul ketika para ahli mendiagnosa Axel menderita ADHD (attention defisit hyper disorder), yaitu salah satu spektrum Autis. Segala literatur dilahap. Segala tempat dijelajah dan beberapa ahli/spesialis dihubungi. Banyak spekulasi yg diperkirakan sebagai penyebab autis, tapi aku pasrah bahwa ini adalah karunia dari Tuhan. Sekarang aku tidak mempermasalahkan apa penyebabnya lagi, yang terpenting adalah bagaimana menyembuhkan Axel dan bagaimana menjamin masa depan Axel.

"Mengapa harus Axel?" Sering kali aku hampir putus asa ketika berusaha memahami arti karunia ini. Tuhan pasti memiliki rencana yang indah yg saat ini kami belum tahu artinya. Yang bisa kami lakukan hanya terus dan terus berusaha mencari cara untuk kesembuhan Axel.

"Sampai kapan?" Segala daya upaya telah dilakukan. Dan semua biaya diprioritaskan untuk kesehatan dan kesembuhan Axel. Tapi sampai kapan? Bukannya aku tidak mau terbebani Axel, tapi aku berpikir, ada masanya aku tidak dapat lagi menopang kehidupan Axel. Misalnya saat aku telah tiada. Sejak didiagnosa autis, aku telah berjanji akan menopang hidup Axel selamanya apa pun keadaannya di masa depan. Dan akhirnya aku malah terbelengu dengan pikiran tentang panjang hidupku. Apakah aku sanggup menolong Axel sampai akhir hayatnya?

Aku keliru! Bukan aku yang menopangnya, tapi Tuhan! Aku hanya bisa berusaha dan terus berusaha, tapi Tuhan yang memutuskan. Aku keliru dengan mengandalkan kemampuanku saja. Padahal tangan-tangan Surgawi selalu menolong kami. Akhirnya aku menyerahkan segalanya pada Tuhan termasuk masa depan Axel.

Dan terbukti aku keliru menganggap Axel tidak memiliki masa depan dan selalu berusaha untuk menopang Axel selama hidupnya. Padahal ternyata autis bisa sembuh! Minimal bisa diperbaiki. Informasi ini baru aku peroleh setelah membaca berita tentang konferensi tahunan DAN (defeat autism NOW!). Informasi yg selama ini aku peroleh, yaitu bahwa autis sudah harga mati ternyata salah. Jadi kini masih ada harapan untuk (semua) penderita autis, walau pun ternyata terapi dan obat-obatannya belum tersedia di Indonesia. Tapi dalam waktu dekat pasti akan masuk Indonesia.

Sekali lagi aku menyadari bahwa semuanya itu indah ketika menyadari bahwa kita tidak mampu dan segalanya murni bantuan Tuhan. Biarlah kita berusaha dan terus berusaha dengan tekun dan tidak mengenal lelah, tapi pahamilah bahwa Tuhan-lah yang menentukannya. Biarkanlah dan rasakanlah bantuan dan karunia-NYA dengan penuh syukur. Jadikan pengalaman dan peristiwa ini sebagai ujian bagi kita. Jawaban dan bantuan bagi kita tidak selalu seperti yang kita inginkan, tetapi seperti yang Tuhan tetapkan. Semuanya butuh waktu, kesabaran dan ketekunan. Berlian telah ditempa oleh waktu dan tekanan bumi yg besar sehingga dapat menjadi sangat indah. Demikian juga manusia.

Terima kasih Tuhan karena telah membuka mata dan hati kami sehingga dapat mensyukuri berkat, rahmat dan rejeki yang telah KAU berikan kepada kami. Maafkan kami jika selama ini tidak menyadari bahwa Engkau sungguh mengasihi kami sampai Engkau rela mengutus Puteramu Yesus Kristus sebagai korban silih bagi kami. Kini giliran kami meneruskan Jalan Salib kehidupan kami yg ternyata sangat ringan ini.

NB: bagi yang ingin mengetahu lebih lanjut tentang Autisme, silakan merujuk situs www.autisme.or.id.

No comments: