Banyak orang menerjemahkan talenta sebagai bakat. Dan mereka mengganggap bakat itu bawaan dari lahir, bahkan ada yg menyebutnya sebagai turunan. Benarkah demikian? Seseorang pemain musik yg hebat disebut sebagai orang yg sangat berbakat di bidang musik. Orang yg cakap di suatu bidang disebut berbakat di bidang tersebut. Bagaimana dengan pencopet? Benarkah mereka berbakat sebagai copet? Benarkah bakat mencopet itu bawaan dari lahir? Atau turunan dari orang tuanya?
Saya lebih memandang bakat itu sebagai kecakapan, dan kecakapan dapat diperoleh dengan belajar dan berlatih. Pemain musik itu pasti belajar dan berlatih dengan tekun & ulet sehingga bisa bermain musik dengan baik. Jika bakat itu bawaan lahir, seharusnya pemain musik itu sudah harus bisa main musik sejak lahir. Di sini yg perlu digarisbawahi adalah ketekunan & keuletan. Inilah yg menentukan keberhasilan proses belajar dan berlatih kita. Tanpa ketekunan & keuletan, kita tidak akan pernah bisa menggali potensi diri kita sendiri dan mengaktualisasikannya menjadi suatu hal yg berguna, baik bagi kita sendiri mau pun bagi orang banyak.
Tetapi saya tidak memandang bakat sama halnya dengan talenta. Tuhan memberikan talenta bagi manusia. Dan saya mengartikannya sebagai kesempatan dalam mengaktualisasikan diri kita, tentu dengan bakat kita. Dan hendaknya talenta [kesempatan aktualisasi diri] ini kita pergunakan dengan sebaik-baiknya karena kita harus mempertanggungjawabkannya pada Tuhan. Bukankah orang yg tidak mengembangkan talentanya dan tidak menjadikannya berguna/berarti bagi kita sendiri mau pun bagi orang banyak akan dihukum Tuhan? Jika tidak, Tuhan akan mengambil talenta [kesempatan] itu dari kita dan memberikannya pada orang lain yg mampu menghargai dan mengembangkan talenta.
No comments:
Post a Comment