Saturday, May 28, 2005

Listrik Bagi Kehidupan Kita - Independent Power

Sedikit terhenyak ketika PLN mengajak kita (customer-nya) untuk mengirit penggunaan listrik. Bahkan kemudian PLN menggilir beberapa daerah padam supaya dapat meng-cover total penggunaan listrik. Beberapa pihak menanggapinya dengan sinis. Tidak sedikit yg memprotes & mencacinya. Terutama karena kita sebagai konsumennya sangat dirugikan.

Tampaklah bahwa sebenarnya kita dewasa ini sangat tergantung dengan apa yg dinamakan: LISTRIK. Dari penerangan, piranti hiburan, komunikasi, penyejuk udara, sampai alat-alat penunjang pekerjaan dan belajar, tidak lepas dari colokan listrik. Sejak dari bayi kita telah menikmati listrik. Betapa sangat tergantungnya kita dengan listrik. Sayangnya adalah pemasok listrik saat ini didominasi (dimonopoli?) oleh PLN. Ketika sejenak kita harus mengalami padamnya listrik (entah karena memang rusak, gangguan, atau pun kena giliran pemadaman), maka kita berteriak dengan lantang. [Maklum, kenyamanan kita terusik]

Sekali lagi saya cuma berpikir dari sudut pandang yang lain. Karena kita harus menyikapinya dgn arif. Gangguan ini tidak mutlak kesalahan PLN. Sumbangan terbesar adalah karena besarnya ketergantungan kita pada LISTRIK. Nah, saya mencoba mengusulkan beberapa usulan bagi kita semua khususnya, justru bukan untuk PLN, karena kita tahu-lah sulitnya mengubah suatu institusi [khususnya pemerintah].

Lalu apa yg bisa saya usulkan? Ada 3 macam, yaitu: 1) Menggunakan listrik dengan bijak; 2) Mengurangi ketergantungan pada PLN; 3) Mandiri total dari PLN. Mari kita ciba bahas satu per satu.

1) Menggunakan listrik dengan bijak, tidak lain adalah dgn penghematan. Gunakan listrik seperlunya, gunakan pula peralatan yg mengkonsumsi listrik sedikit. Bisa juga menggunakan invertor atau alat-alat sejenis yg dpt mengurangi konsumsi listrik. Sesuai dengan anjuran PLN dong? Iya sih...

2) Mengurangi ketergantungan pada PLN. Sulitkah? Ah... enggak kok. Kita sebenarnya telah memulainya. Tengok saja handphone kita. Bukankah dia telah memiliki baterai yg dapat diisi ulang? Kita membutuhkan listrik hanya saat mengisi ulangnya saja, dan itu hanya butuh beberapa jam saja (berkisar 1 s/d 3 jam) untuk pemakaian beberapa hari. Demikian pula dengan notebook/laptop. Kita bisa menggunakannya sampai lebih dari 4 jam (dgn Centrino) dan hanya membutuhkan waktu 2.5 jam untuk mengisi ulang baterai. Jika saja banyak piranti elektronik yg menggunakan baterai embedded dengan konsumsi daya yg efisien, tentunya kita dapat mulai mengurangi ketergantungan pada PLN. Contoh ekstrim adalah mobil/motor. Mobil/motor telah memiliki pembangkit listrik independen. Memang sih membutuhkan bahan bakar untuk membangkitkannya, tapi paling tidak sudah menjadi contoh yg jitu untuk menggambarkan independensi (ketidaktergantungan) dari PLN.

3) Mandiri total dari PLN. Nah, ini yg paling oke punya. Bayangkan jika kita memiliki pembangkit listrik secara mandiri di setiap rumah. Atau jika tidak setiap rumah, kita bisa urunan untuk satu RT/RW atau Kelurahan. Teknologinya bisa macam-macam, karena memang tersedia banyak pilihan. Misalnya: pembangkit listrik tenaga angin (pakai kincir), tenaga matahari (solar cell; jadi ingat jam & kalkulator solarcell), pembangkit mini tenaga air (jika kompleks perumahan dekat sungai), bahkan tenaga gelombang laut (sudah ada lho! Dulu banget pernah lihat di TV). Atau pun jika menggunakan generator listrik, kita bisa menggunakan bahan bakar Bio Fuel yg terbuat dari olahan singkong, pohon jarak, kelapa sawit, tebu, sagu atau dari sumber alam lainnya. Ini adalah solusi bahan bakar yg renewable (dapat diperbaharui).

Seperti halnya kampanye Internet Goes to School atau RT/RW.net dari Kang Onno W. Purbo, mungkin perlu adanya kampanye Independent Power secara besar-besaran untuk perumahan. Saya yakin teknologinya bisa [atau telah?] dikembangkan oleh pemuda/i Indonesia sehingga dapat diaplikasikan dgn efektif & efisien untuk perumahan. Saat ini saya juga sangat yakin bahwa masyarakat lebih membutuhkan listrik dari pada internet.

No comments: