Sun meng-open-source-kan sisop server Solaris menjadi OpenSolaris. Langkah yg bagi dunia dinilai sebagai berkah sekaligus bencana. Seperti kita tahu, Solaris adalah sisop komersial berbasis Unix. Sedangkan di lain pihak GNU/Linux adalah hasil clone dari Unix yg dapat jalan di PC. Tujuan semula dari lahirnya Linux adalah menyediakan solusi alternatif karena mahalnya lisensi sisop berbasis Unix dan hardware pendukungnya. Sehingga jika Solaris menjadi open source, apakah Linux akan mati? Akankah OpenSolaris menjadi Pembunuh Linux?
Tetapi kita harus lihat manfaatnya, yaitu segala kecanggihan Solaris akan terbuka. Jangan lupa bahwa sisop berbasis Unix ini telah terbukti hebat untuk server. Tidak hanya handal, tetapi juga aman. Sayangnya bahwa OpenSolaris belum 100% memiliki feature yg ada di Solaris (seperti teknologi Janus yg belum tercakup), atau ada source code-nya yg belum dibuka.
Melihat trend software dunia, sepertinya akan ada migrasi dari proprietary software ke open source. Sayang Sun terlambat dibanding Microsoft yg lebih dulu membuat sejumlah aplikasinya menjadi open source, misalnya aplikasi installer Microsoft yg dimuat di SourceForge.net. Tetapi langkah Sun belum terlambat. Lagi pula langkah Sun ini jauh lebih spektakuler (dari segi skala) dibandingkan MS.
Yg sangat disayangkan adalah bahwa Sun tdk mengopensourcekan Java walau pun Java & JVM (Java Virtual Machine) adalah freeware. Padahal dari dulu banyak developer memohon agar Sun membuat Java menjadi open source.
Tetapi semua berharap bahwa OpenSolaris adalah langkah awal dari keterbukaan. Tidak hanya berharap agar Java & produk Sun lain akan menjadi open source, tetapi berharap agar lebih banyak lagi vendor mengopensourcekan software-nya.
Jangan lupa proyek open sourceku di www.sisfokampus.net.
No comments:
Post a Comment